Jumat, 18 Agustus 2017

AKAD DAN KONSEKUENSI RIBA

Kenali RIBA; pahami akad & konsekuensinya.


Kebanyakan RIBA terbuka dari pintu jual beli & hutang. Utk terhindar dari RIBA kita harus tahu mengenai apa itu komoditi RIBA serta aturan main yg diatur soal itu.

Utk melengkapi alarm BIar RIBA raIB, pahami akad & konsekuensinya, sebab RIBA timbul dari keinginan manusia terhadap tumbuhnya harta tapi menyalahi pakem bermuamalah atau melanggar hak-hak Allah Ta'ala.
__________________________
BismiLLah washolatu wasalaam 'alaa RasuliLLah. amma ba'du.

RIBA marak terjadi melalui pintu hutang & jual beli.
 Sebelumnya di grup resolusi BRR kita sudah membahas soal bagaimana RIBA terjadi melalui pintu jual beli, apa itu komoditi RIBA & bagaimana pertukaran diantara keduanya yg harus diperhatikan.


1. Beras rojolele 1kg bertukar dengan beras raskin 1,5 kg apakah boleh ??
Adalah pertukaran antara komoditi RIBA yg satu illat dan sama jenis, maka mutlak harus tunai & setara.

2. Nasi bertukar dgn kurma, bagaimana aturannya ?
Bebas saja, sebab nasi bukan beras, illat beras adalah makanan pokok yg bisa disimpan & ditakar. Setelah jadi nasi hilang satu illatny, karena nasi tdk bisa disimpab (awet). Pertukaran nasi dgn kurma (komoditi RIBA) terjadi antara yg bukan komoditi RIBA dgn kurma sbg komoditi RIBA.


3. Uang Rp 10.000 ditukar dgn Rp 1 Rb, bagaimana syaratnya ?
Uang bertukar dgn uang, satu illat & satu jenis. Harus sama & tunai. Maka Rp 10 Rb itu harus ditukar tangan ke tangan sebanyak Rp 1 Rb sebanyak 10 lbr.
Ada yg butuh nukar uang Rp 10 Rb dgn Rp 1 Rb, bagaimana kalau dilain pihak hanya ada Rp 1 Rb sebanyak 6 lembar. Apakah transaksi masih boleh dilanjutkan ??

Bayangkan kalau kemudian secara kaku, kita hanya punya pengetahuan soal komoditi RIBA saja. Maka muamalah akan sangat menyulitkan bukan ??
Jawabnya pertukaran tetap boleh berlanjut asal yg Rp 4 Rb di akadkan sbg hutang.

RIBA punya perhatian khusus dari Allah Ta'ala, bayangkan ancaman perang langsung dariNYA.
 Allah mudah saja mengadzab mahluk CiptaanNYA, menghukum langsung di dunia ataupun menangguhkan di akhirat.
Ancaman perang terhadap peRIBA berlaku di dunia & akhirat, dilantangkan seolah-olah agar seluruh mahlukNYA memperhatikan.
Tatkala ada satu pihak mengancamkan perang, tentu itu lantaran sesuatu yg sangat prinsip.

Sudahkah kita memperhatikan apa yg menjadi 'perhatian' NYA ini ?

Hikmah yg saya petik selama ini :
1. RIBA membuat harmonisasi kehidupan menjadi rusak, alam dipaksa tunduk terhadap maunya manusia.
2. RIBA buat sesama manusia kehilangang sifat welas asih.
3. RIBA memumpuk ego & menyuburkannya.
4. RIBA buat pertikaian terjadi dgn demikian mudah.
5. RIBA merusak jamaah
6. RIBA merusak kehormatan sesama muslim.

PASTI banyak hikmah lainnya,
RIBA adalah satu-satunya maksiat yg diancamkan perang
RIBA adalah satu-satunya maksiat yg menghukum semua pihak yg terlibat & menyaksikan.
RIBA adalah satu-satunya maksiat yg menghukum pelakunya sejak di dunia, di alam barzah hingga di yaumul hisab.

Soal pengenalan terhadap komoditi RIBA tadi diantara cara kita mengantisipasi kemunculannya, agar kita tdk melakukannya. Akan tetapi itu belum cukup, pengenalan tadi hanya 30% dari kemunculan RIBA. Sebab jika kita tidak tahu mengenai  akad & konsekuensinya maka kita akan terkecoh.

Untuk tahu mencegah RIBA timbul dari pertukaran uang, cukup dgn memahami komoditi RIBA dan aturan main pertukarannya,  tetapi utk tahu pengalihan kepemilikan, penggunaan & resiko yg timbul atas setiap muamalah maaliyah, harus mengerti tentang akad dan konsekuensinya.

Uang ditukar dgn uang dgn pecahan lebih kecil, harus sama-sama cash tetapi dgn akad hutang pertukaran itu jadi  boleh tertunda.

Utk tahu RIBA yg terjadi pada pegadaian atau akad-akad investasi pada umumnya, perlu pemahaman soal akad & konsekuensinya.

Kamuflase RIBA terjadi karena kita tidak memahami akad & konsekuensinya, misalkan apa yg dilakukan lembaga  keuangan berlabel syariah dewasa ini.
Kita coba memahami soal akad & konsekuensinya dari akad perpindahan harta yg paling sering dilakukan dlm transaksi komersil ataupun sosial,
Ketiga akad ini sudah mencakup nyaris seluruh transaksi yg kita butuhkan dalam muamalah maaliyah.
Akad atau kesepakatan di awal, berlanjut pada proses hingga konsekuensi yg terjadi atas pilihan akad, akan membuat kita jeli dari kamuflase RIBA.
Kebanyakan kita hanya tahu bahwa RIBA terjadi pada penambahan pinjaman, tapi tidak paham bahwa pada akad bagi hasil (syirkah) yg dijamin pengembaliannya akan membuat hakikatnya sbg qardh. Maka kelebihan yg diminta menjadi RIBA.
Contoh lain dalam wadi'ah, funding di bank syariah umumnya menggunakan akad ini ataupun syirkah (mudharabah). Keduanya sama-sama terjamin kembali, itulah qardh.
Maka di bank syariah sekalipun, gunakan akad menabung (wadi'ah atau syirkah) tapi tetap minta di nolkan dari tambahan apapun.
Yad amanah atau yad dhomanah adalah proses sebuah akad, bukan akad itu sendiri. Dengan tahu & memahami jenis akad berikut konsekuensinya ini, kita akan tahu apa-apa yg menjadi kamuflase RIBA.

Termasuk ketika ada akad jual beli atau akad yg lain digunakan, setelah tahu akad & konsekuensinya maka kita tahu mana hakikat dan mana yg cuma label.

Maka tidak cukup dengan akad, kebanyakan saat ditanya beda konvensional dgn syariah adalah akad, padahal konsekuensi atas akad itulah yg menentukan hakikat transaksi.
Semua bisa namakan sesuatu apa saja, tetapi apa yg menjadi hakikatnya tdk akan bisa dikelabuhi.
Maka jangan hukumi sesuatu dgn lembaga atau statusnya, tapi lihatlah apa yg dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar